Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sangkuni : si lidah tajam dari Gandhara

Penggemar kisah Mahabharata pasti sudah tidak asing dengan tokoh yang bernama Sangkuni atau Shakuni (शकुनि) alias Saubala . Sangkuni adalah paman dari para Kurawa dari pihak ibu, Sangkuni dikenal dengan lidahnya yang tajam dan kelicikannya. Ia juga yang selalu menghasut para Kurawa agar memusuhi Pandawa, dan dengan liciknya ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan Pandawa setelah memenangkan permainan dadu. 


Menurut versi Mahabharata, Sangkuni adalah titisan dari Dewa Drapara yaitu dewa kelicikan yang bertugas menghasut dan menciptakan kekacauan di Bumi, Sangkuni sendiri adalah seorang Pangeran yang berasal dari Kerajaan Gandhara (sekarang Afghanistan). Ayah Sangkuni bernama Suwala, dan pada suatu hari kerajaan mereka kedatangan tamu agung yaitu Bhisma yang datang untuk tujuan melamar adik perempuan Sangkuni, Gandhari untuk dijadikan isteri dari Dretarasta, pangeran dari Hastinapura yang buta.

Sangkuni dalam wayang




Raja Suwala menerima lamaran tersebut, namun Sangkuni marah dengan keputusan sang ayah, Sangkuni yang merasa terhina dengan lamaran ini apalagi sang adik yang dijodohkan dengan seorang pangeran buta dengan tegas menolak dan memarahi sang ayah. Sangkuni masih memiliki dendam terhadap Hastinapura yang pernah menyengsarakan dan membunh rakyatnya, namun karena sudah terlanjur akhirnya Sangkuni pun menerima dan menetap di Hastinapura bersama adiknya. 

Kerajaan Gandhara memang pernah ditaklukan oleh Kerajaan Hastinaputa, ketika itu Kerajaan Gandhara mengalami kekalahan, seluruh laki-laki dari Gandhara di masukkan ke dalam penjara, dan hanya diberi makanan satu butir beras perhari untuk masing-masing orang.  Karena dari semua orang itu harus ada yang hidup untuk membalaskan dendam mereka, maka jatah satu butir beras itu pun dikumpulkan lalu diberikan pada Sangkuni, agar Sangkuni bisa hidup dan membalaskan dendam rakyat Gandhara pada Hastinapura. 

Ayah Sengkuni, Raja Subala akhirnya mengaku takluk pada Hastinapura, hal yang kemudian membuat seluruh laki-laki yang dipenjara dan masih hidup, dibebaskan. Walaupun demikian, dendam Gandhara terhadap Hastinapura belumlah tuntas. Sengkuni sebagai sang pembalas dendam tersebut, juga merasa dihinakan oleh lamaran pernikahan Hastinapura terhadap adiknya, Gandhari. Ia merasa terhina, karena yang melamar adalah kerajaan yang pernah menyengsarakan dan membunuh rakyatnya. Karena itulah Sengkuni bersumpah untuk menghancurkan klan Bhisma (tetua Hastinapura), atau wangsa kuru, yang memerintah Hastinapura. Karena tidak punya pasukan yang cukup kuat untuk menaklukkan balatentara Hastinapura, maka Sengkuni memilih menghancurkan dengan operasi senyap dan melalui tipu daya untuk menghancurkan Hastinapura dari dalam. 

Shakuni dalam kisah Mahabharata versi StarPlus

Dalam beberapa kisah disebutkan Sangkuni membuat sebuah dadu yang dibuatnya dari tulang saudaranya yang mati di dalam penjara, namun kisah lain menyebut bahwa dadu itu dibuat dari tulang ayahnya, dan roh sang ayah kemudian masuk kedalam dadu tersebut yang membuat dadu tersebut akan menuruti apapun keinginan dari Sangkuni. Dadu itu pula yang kemudian mengalahkan Yudhistira dan membuatnya harus melepaskan seluruh kerajaan dan juga adik-adiknya serta Drupadi. 



Kelicikan dan hasutan Sangkuni membuahkan hasil, Duryodana menentang para Pandawa yang dianggapnya sebagai penghalang untuk memuluskan jalannya menjadi seorang raja. Terompet perang telah ditiup pertempuran besar di Kurukshetra antara Pandawa melawan Kurawa dengan bala bantuannya pun meletus. Perang yang dikenal dengan Bharatayuda ini berlangsung selama 18 hari, dan Sangkuni tewas pada hari-hari terakhir. 



Menurut versi Mahabharata bagian kedelapan atau Salyaparwa, Sangkuni tewas di tangan Sahadev atau Sadewa, anak kelima dari Pandu. Pertarungan mereka terjadi pada hari ke-18. Pada saat itu Sangkuni mengerahkan ilmu sihirnya untuk menciptakan banjir besar yang menyapu seluruh daratan Kurukshetra, tempat dimana berlangsungnya perang antara Pandawa versus Kurawa. 

Akhirnya dengan segala perjuangannya, Sadewa berhasil menebas kepala Sangkuni, dan kisah si tokoh yang culas dan licik itu pun berakhir. 

Cerita berbeda ditemukan pada kisah pewayangan Jawa, dimana dalam naskah kuno Kakawin Bharatayuddha yang ditulis pada jaman Kerajaan Kadiri di tahun 1157 menyebutkan bahwa Sangkuni mati bukan ditangan Sadewa tetapi di tangan Bima, anak kedua dari Pandu. Dalam naskah kuno tersebut disebutkan Sangkuni mati oleh hantaman gada Bima, dan bukan itu saja, Bima merobek mulut dan tubuh Sangkuni hingga hancur.

Dalam kisah pewayangan Jawa disebutkan Sangkuni mati pada hari terakhir dari Baratayuda, pada saat itu Bima sedang bertempur habis-habisan dengan Sangkuni. Meski dipukul beberapa kali, namun kulit Sangkuni yang kebal akibat pengaruh dari Minyak Tala membuat Bima harus berjuang habis-habisan melawannya. Dalam kisah wayang Jawa menceritakan juga bahwa penasihat Pandawa selain Kresna yaitu Semar muncul dan memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni ada di bagian duburnya, karena hanya bagian itulah yang tidak terkena pengaruh dari minyak tala. 


Bima pun maju kembali. Sengkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sengkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sengkuni hanya sekarat tetapi tidak mati. 

Bima merobek-robek tubuh Sangkuni

Setelah bertarung melawan Sangkuni, Bima kini harus menghadapi Duryudana, setelah mengalahkannya dan dalam keadaan yang sekarat dan tidak bisa melihat Duryudana mengatakan pada Bima bahwa ia bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, waktu itu ia meminta ditemani dengan istrinya Dewi Banowati. 

Atas nasehat kresna, Bima mengambil tubuh Sangkuni yang sedang sekarat lalu diserahkannya pada Duryodana. Duryudana yang terluka cukup parah yang membuatnya tidak bisa melihat langsung menggigit leher Sangkuni yang dikiranya adalah istrinya. Seketika Sangkuni pun tewas begitu juga dengan Duryudana. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya pasangan sejati Duryudana bukanlah istrinya melainkan sang paman yaitu Sangkuni.

Beberapa hasutan Sangkuni yang justru menguntungkan pihak Pandawa:
  • Sangkuni membakar wanabrata dan membuat pandawa mengasingkan diri sehingga harus menjadi brahmana tapi justru Bima bisa menikah dengan Hidimbi dan mempunyai anak Ghatotkaca.
  • Sementara Arjuna bisa memenangkan sayembara Drupadi dan Drupadi menjadi istri 5 pandawa.
  • Sengkuni menyuruh tatshak mencuri sapi di Indraprasta sehingga Arjun melakukan kesalahan dan harus dihukum dengan mengasingkan diri menjadi brahmana, tapi karena itu Arjuna justru menikahi Subadra yang sebelumnya dijodohkan dengan Duryodhana.
Asal usul nama Sangkuni menurut versi Jawa: 

Dalam versi wayang Jawa, Sangkuni adalah Harya Suman, seorang pria yang berwajah tampan, namun setelah wajahnya rusak dan menjadi buruk akibat dihajar oleh Parih Gandamana, ia pun kemudian mengganti namanya menjadi Sengkuni. 

Gandamana adalah pangeran dari Kerajaan Pancala yang memilih mengabdi sebagai patih di Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Pandu. Suman yang sangat berambisi merebut jabatan patih menggunakan cara-cara licik untuk menyingkirkan Gandamana. 

Pada suatu hari Suman berhasil mengadu domba antara Pandu dengan muridnya yang berwujud raja raksasa bernama Prabu Tremboko. Maka terciptalah ketegangan di antara Kerajaan Hastina dan Kerajaan Pringgadani. Pandu pun mengirim Gandamana sebagai duta perdamaian. Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh ke dalam perangkapnya.

Suman kemudian kembali ke Hastina untuk melapor kepada Pandu bahwa Gandamana telah berkhianat dan memihak musuh. Pandu yang saat itu sedang labil segera memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru. Tiba-tiba Gandamana yang ternyata masih hidup muncul dan menyeret Suman. Suman pun dihajar habis-habisan sehingga wujudnya yang tampan berubah menjadi jelek.
Sejak saat itu, Suman pun terkenal dengan sebutan Sengkuni, berasal dari kata saka dan uni, yang bermakna "dari ucapan". Artinya, ia menderita cacad buruk rupa adalah karena hasil ucapannya sendiri.